Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

Selasa, 24 November 2015

KHALID BIN WALID



idak tidur dan tidak membiarkan orang lain tidur. Dialah orang yang menghancurkan kaum muslimin di Perang Uhud, dan dia juga yang menghancurkan musuh-musuh Islam di Peperangan yang lain. Sejak saat itu, ia tidak bisa jauh dari islam dan Rasulullah, dan selalu merindukan syahid di medan Perang, sebagai tebusan atas kesalahannya yang selama ini gigih membela kebathilan.
Suatu hari dia termenung, memikirkan agama baru yang kian hari kian berkibar, ia berharap mendapatkan petunjuk. Dan akhirnya dia merasa mantap dengan agama baru itu.
Ia berkata: “Demi Tuhan tanda-tandanya sudah jelas. Dia adalah utusan Tuhan. Sampai kapan aku akan terus seperti ini? Aku akan menemuinya dan masuk Islam.”
Sebelum Kholid berangkat menemui Rasulullah, dia menemui Utsman bin Thalhah. Kemudian mereka pergi bersama-sama sebelum subuh. Sesampainya di satu lembah mereka bertemu dengan Amru bin ‘Ash. Ia bertanya: “kalian mau kemana?” kami memberitahu tujuan kami, dan dia juga memberitahu bahwa dia juga ingin bertemu Rasulullah untuk masuk Islam.
Ketika Khalid bin Walid memeluk islam, Rasulullah sangat bahagia, karena Khalid bin Walid mempunyai kemampuan berperang yang dapat untuk membela Islam dan meningikan kalimatullah dengan perjuangan jihad. Dalam banyak kesempatan peperangan Islam Khalid bin Walid di angkat menjadi komandan perang dann menunjukkan hasil yang gemilang atas segala upaya jihadnya.[1]


Ketika para panglima perang Mut’ah berguguran sebagai syahid, lalu bendera pasukan dipegang oleh satu dari pedang-pegang Allah, yaitu Khalid bin Walid. Ia ikut terjun diPerang Mut’ah sebagai prajurit biasa.[2] Dan pada pertempuran inilah Khalid bin Walid mendapat gelar “Si Pedang Allah yang selalu Terhunus” dari Rasulullah.
Saat rasulullah masih hidup Khalid bin Walid menyerahkan semua kemampuannya yang luar biasa untuk berbakti pada  agama yng ia yakini sepenuh hati. Seluruh hidupnya ia baktikan untuk kepentingan Islam.
Sesudah Rasulullah wafat, ke khalifahan di pikul oleh Abu Bakar. Saat  itu kemurtadan bertiup sangat kencang. Dan Kahlifah Abu bakar tidak mauini terus melanda agama islam. Abu Bakar memulai memerangi kaum murtad dan mengutus beberapa panglima. Setelah bendera setiap pasukan diberikan kepada panglima masing-masing, Khalifah Abu Bukar mendekati Khalid bin Walid dan berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, ‘sebaik-baik hamba Allah dan kawan sepergaulan adalah Khalid bin Walid. Dialah sebilah pedang diantara pedang-pedang Allah yang di hunus untuk memerangi orang-orang kafir dan munafik.”
Itulah Khalid bin Walid, pedang Allah yang tak terklahkan, keberanian, kecerdasanya dalam berparang, untuk mengakkan agama Allah.
Betapapun hebatnya Khalid bin Walid di dalam medan pertempuran,dengan berbagai luka yang menyayat tubuhnya, namun ternyata kematiannya di atas ranjang. Betapa menyesalnya Khalid bin Walid, harapannya untuk mati syahid dimedan perang ternyata tidak tercapai dan Allah menghendakinya mati di atas tempat tidur, sesudah perjuangan membela Islam yang luar biasa itu. Demikianlah kekuasaan Allah. Manusia berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya sesuai kemauan-Nya.[3]

DAFTAR PUSTAKA
 Bastoni, Hepi Andi, 101 Sahabat Nabi, Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2008, Cet. VII,        
Khalid, Muhammad Khalid, 60 sirah sahabat Rasulullah, Jakarta: Al-I’tishom cahaya       umat, 2007



[1] Hepi Andi Bastoni, 101 Sahabat Nabi, Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2008, Cet. VII, Hal 296
[2] Khalid Muhammad Khalid, 60 sirah sahabat Rasulullah, Jakarta: Al-I’tishom cahaya umat, 2007, hal 222.
[3] Hepi Andi Bastoni, 101 Sahabat Nabi, Hal 296






Tidak ada komentar:

Posting Komentar