idak tidur dan tidak membiarkan orang lain tidur. Dialah orang yang
menghancurkan kaum muslimin di Perang Uhud, dan dia juga yang menghancurkan
musuh-musuh Islam di Peperangan yang lain. Sejak saat itu, ia tidak bisa jauh
dari islam dan Rasulullah, dan selalu merindukan syahid di medan Perang,
sebagai tebusan atas kesalahannya yang selama ini gigih membela kebathilan.
Suatu hari dia termenung, memikirkan agama baru yang kian hari kian
berkibar, ia berharap mendapatkan petunjuk. Dan akhirnya dia merasa mantap
dengan agama baru itu.
Ia berkata: “Demi Tuhan tanda-tandanya sudah jelas. Dia adalah
utusan Tuhan. Sampai kapan aku akan terus seperti ini? Aku akan menemuinya dan
masuk Islam.”
Sebelum Kholid berangkat menemui Rasulullah, dia menemui Utsman bin
Thalhah. Kemudian mereka pergi bersama-sama sebelum subuh. Sesampainya di satu
lembah mereka bertemu dengan Amru bin ‘Ash. Ia bertanya: “kalian mau kemana?”
kami memberitahu tujuan kami, dan dia juga memberitahu bahwa dia juga ingin
bertemu Rasulullah untuk masuk Islam.
Ketika Khalid bin Walid memeluk islam, Rasulullah sangat bahagia,
karena Khalid bin Walid mempunyai kemampuan berperang yang dapat untuk membela
Islam dan meningikan kalimatullah dengan perjuangan jihad. Dalam banyak
kesempatan peperangan Islam Khalid bin Walid di angkat menjadi komandan perang
dann menunjukkan hasil yang gemilang atas segala upaya jihadnya.[1]
Ketika para panglima perang Mut’ah berguguran sebagai syahid, lalu
bendera pasukan dipegang oleh satu dari pedang-pegang Allah, yaitu Khalid bin
Walid. Ia ikut terjun diPerang Mut’ah sebagai prajurit biasa.[2] Dan
pada pertempuran inilah Khalid bin Walid mendapat gelar “Si Pedang Allah yang
selalu Terhunus” dari Rasulullah.
Saat rasulullah masih hidup Khalid bin Walid menyerahkan semua
kemampuannya yang luar biasa untuk berbakti pada agama yng ia yakini sepenuh hati. Seluruh
hidupnya ia baktikan untuk kepentingan Islam.
Sesudah Rasulullah wafat, ke khalifahan di pikul oleh Abu Bakar.
Saat itu kemurtadan bertiup sangat
kencang. Dan Kahlifah Abu bakar tidak mauini terus melanda agama islam. Abu
Bakar memulai memerangi kaum murtad dan mengutus beberapa panglima. Setelah
bendera setiap pasukan diberikan kepada panglima masing-masing, Khalifah Abu
Bukar mendekati Khalid bin Walid dan berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah
bersabda, ‘sebaik-baik hamba Allah dan kawan sepergaulan adalah Khalid bin
Walid. Dialah sebilah pedang diantara pedang-pedang Allah yang di hunus untuk
memerangi orang-orang kafir dan munafik.”
Itulah Khalid bin Walid, pedang Allah yang tak terklahkan,
keberanian, kecerdasanya dalam berparang, untuk mengakkan agama Allah.
Betapapun hebatnya Khalid bin Walid di dalam medan
pertempuran,dengan berbagai luka yang menyayat tubuhnya, namun ternyata
kematiannya di atas ranjang. Betapa menyesalnya Khalid bin Walid, harapannya
untuk mati syahid dimedan perang ternyata tidak tercapai dan Allah
menghendakinya mati di atas tempat tidur, sesudah perjuangan membela Islam yang
luar biasa itu. Demikianlah kekuasaan Allah. Manusia berasal dari Allah dan
akan kembali kepada-Nya sesuai kemauan-Nya.[3]
DAFTAR PUSTAKA
Bastoni, Hepi Andi, 101
Sahabat Nabi, Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2008, Cet. VII,
Khalid, Muhammad Khalid, 60 sirah sahabat Rasulullah,
Jakarta: Al-I’tishom cahaya umat,
2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar