إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
“Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan
meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada
Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal kita. Barang siapa mendapat dari petunjuk
Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka
tidak ada pemberi petunjuknya baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga
doa dan keselamatan tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan
siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.”
Kedermawanan Abdurrahman bin auf
Pada
dasarnya setiap manusia cenderung memiliki sifat kikir atau pelit. (QS An Nisa’
4:128). Alhamdulillah, pada waktu yang sama manusia juga memiliki kecenderungan
untuk berusaha menjadi lebih baik dalam berbagai segi termasuk merubah perilaku
pelit menjadi dermawan. Dermawan adalah sikap tengah antara pelit dan boros. Sikap
dermawan menunjukkan kemauan untuk berbagi. Simbol dari kepedulian pada orang
lain. Dan salah satu bibit dari sekian banyak unsur-unsur karakter kepemimpinan
yang diperlukan.
Mengapa
seorang muslim dianjurkan bersikap dermawan? Pertama, perintah Islam. Islam
memerintahkan kita untuk berzakat, berinfaq dan bersedekah. “Dan Dia
menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia
memerintahkan kepadaku (melaksanakan) solat dan (menunaikan) zakat selama aku
hidup.” (QS. Maryam 19:31).
Kedua,
karena setiap muslim, pada level tertentu, adalah seorang pemimpin. “Dan
hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan ,
menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung. ” (QS. Ali Imron 3:104). Dan seperti
disinggung di muka, hanya orang dermawan yang dapat menjadi pemimpin yang baik
dan mendapat respek kalangan yang dipimpin. Karena kedermawanan identik dengan
pengorbanan dan kesediaan berkorban selalu diperlukan dalam setiap
kepemimpinan.
Ketiga,
keseimbangan sosial. Keberuntungan materi yang dimiliki manusia tidak sama
antara satu dengan yang lain. Hal ini terkait antara lain dengan kelebihan dan
kemampuan dalam berusaha serta menangkap peluang.
Ada yang bekerja keras dan berusaha begitu lama tapi tidak juga menangguk kesuksesan yang diinginkan. Ada yang keberuntungannya begitu cepat didapat sehingga memancing rasa iri dan terkadang juga rasa dengki.
Ada yang bekerja keras dan berusaha begitu lama tapi tidak juga menangguk kesuksesan yang diinginkan. Ada yang keberuntungannya begitu cepat didapat sehingga memancing rasa iri dan terkadang juga rasa dengki.
Kekayaan
di satu sisi dan kemiskinan di sisi yang lain akan menimbulkan ketimpangan
sosial. Kedermawanan adalah salah satu cara untuk menyeimbangkan ketimpangan
sosial yang terjadi dan mondorong terjadinya kehidupan sosial yang harmonis
dalam suatu masyarakat.
Nah,
sekarang saya akan mengambil contoh atau meneladani sahabat Rasulullah SAW
yaitu Abdurrahman bin Auf. Ia termasuk kelompok delapan orang yang mula-mula
masuk Islam. Ia juga tergolong sepuluh sahabat yang diberi kabar gembira oleh
Rasulullah masuk surga dan termasuk enam orang sahabat yang bermusyawarah dalam
pemilihan khalifah setelah Umar bin Al-Khathab. Di samping itu, ia adalah
seorang mufti yang dipercayai Rasulullah berfatwa di Madinah selama beliau
masih hidup.
Abdurrahman
bin Auf adalah sahabat yang dikenal paling kaya dan dermawan. Ia tak
segan-segan mengeluarkan hartanya untuk jihad di jalan Allah. Pada waktu Perang
Tabuk, Rasulullah SAW memerintahkan kaum Muslimin untuk mengorbankan harta
benda mereka. Dengan patuh Abdurrahman bin Auf memenuhi seruan Nabi SAW. Ia
memelopori dengan menyerahkan dua ratus uqiyah emas.
Mengetahui hal
tersebut, Umar bin Al-Khathab berbisik kepada Rasulullah, "Sepertinya
Abdurrahman berdosa karena tidak meninggalkan uang belanja sedikit pun untuk
keluarganya." Rasulullah bertanya kepada Abdurrahman, "Apakah kau
meninggalkan uang belanja untuk istrimu?" "Ya," jawabnya.
"Mereka kutinggalkan lebih banyak dan lebih baik daripada yang
kusumbangkan." "Berapa?" tanya Rasulullah. "Sebanyak rezeki,
kebaikan, dan pahala yang dijanjikan Allah."
Keuletannya berdagang serta doa dari Rasulullah, menjadikan perdagangannya
semakin berhasil, sehingga ia termasuk salah seorang sahabat yang kaya raya.
Kekayaan yang dimilikinya, tidak menjadikannya lalai. Tidak menjadi penghalang
untuk menjadi dermawan.
Suatu ketika datanglah
kafilah dagang Abdurrahman di kota Madinah, terdiri dari tujuh ratus onta yang
membawa kebutuhan-kebutuhan. Tatkala masuk ke kota Madinah, terdengarlah suara
hiruk pikuk. Maka berkata Ummul Mukminin, ”Suara apakah ini?” Maka dijawab,
”Telah datang kafilah Abdurrahman bin ‘Auf.” Ummul Mukminin berkata, ”Sungguh
aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Aku melihat Abdurrahman masuk surga dengan
keadaan merangkak’.” Ketika mendengarkan berita tersebut, Abdurrahman
mengatakan, ”Aku ingin masuk surga dengan keadaan berdiri. Maka diinfakkanlah
kafilah dagang tersebut.”
Daftar
Pustaka:
https://id-id.facebook.com/...
http://kisahrasulnabisahabat.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar