Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

Selasa, 24 November 2015

Abdurrahman bin auf



إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal  kita. Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan keselamatan tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.”

Kedermawanan Abdurrahman bin auf
Pada dasarnya setiap manusia cenderung memiliki sifat kikir atau pelit. (QS An Nisa’ 4:128). Alhamdulillah, pada waktu yang sama manusia juga memiliki kecenderungan untuk berusaha menjadi lebih baik dalam berbagai segi termasuk merubah perilaku pelit menjadi dermawan. Dermawan adalah sikap tengah antara pelit dan boros. Sikap dermawan menunjukkan kemauan untuk berbagi. Simbol dari kepedulian pada orang lain. Dan salah satu bibit dari sekian banyak unsur-unsur karakter kepemimpinan yang diperlukan.
Mengapa seorang muslim dianjurkan bersikap dermawan? Pertama, perintah Islam. Islam memerintahkan kita untuk berzakat, berinfaq dan bersedekah. “Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) solat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.” (QS. Maryam 19:31).
Kedua, karena setiap muslim, pada level tertentu, adalah seorang pemimpin. “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan , menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. ” (QS. Ali Imron 3:104). Dan seperti disinggung di muka, hanya orang dermawan yang dapat menjadi pemimpin yang baik dan mendapat respek kalangan yang dipimpin. Karena kedermawanan identik dengan pengorbanan dan kesediaan berkorban selalu diperlukan dalam setiap kepemimpinan.
Ketiga, keseimbangan sosial. Keberuntungan materi yang dimiliki manusia tidak sama antara satu dengan yang lain. Hal ini terkait antara lain dengan kelebihan dan kemampuan dalam berusaha serta menangkap peluang.
Ada yang bekerja keras dan berusaha begitu lama tapi tidak juga menangguk kesuksesan yang diinginkan. Ada yang keberuntungannya begitu cepat didapat sehingga memancing rasa iri dan terkadang juga rasa dengki.      
Kekayaan di satu sisi dan kemiskinan di sisi yang lain akan menimbulkan ketimpangan sosial. Kedermawanan adalah salah satu cara untuk menyeimbangkan ketimpangan sosial yang terjadi dan mondorong terjadinya kehidupan sosial yang harmonis dalam  suatu masyarakat.

Nah, sekarang saya akan mengambil contoh atau meneladani sahabat Rasulullah SAW yaitu Abdurrahman bin Auf. Ia termasuk kelompok delapan orang yang mula-mula masuk Islam. Ia juga tergolong sepuluh sahabat yang diberi kabar gembira oleh Rasulullah masuk surga dan termasuk enam orang sahabat yang bermusyawarah dalam pemilihan khalifah setelah Umar bin Al-Khathab. Di samping itu, ia adalah seorang mufti yang dipercayai Rasulullah berfatwa di Madinah selama beliau masih hidup.
Abdurrahman bin Auf adalah sahabat yang dikenal paling kaya dan dermawan. Ia tak segan-segan mengeluarkan hartanya untuk jihad di jalan Allah. Pada waktu Perang Tabuk, Rasulullah SAW memerintahkan kaum Muslimin untuk mengorbankan harta benda mereka. Dengan patuh Abdurrahman bin Auf memenuhi seruan Nabi SAW. Ia memelopori dengan menyerahkan dua ratus uqiyah emas.
Mengetahui hal tersebut, Umar bin Al-Khathab berbisik kepada Rasulullah, "Sepertinya Abdurrahman berdosa karena tidak meninggalkan uang belanja sedikit pun untuk keluarganya." Rasulullah bertanya kepada Abdurrahman, "Apakah kau meninggalkan uang belanja untuk istrimu?" "Ya," jawabnya. "Mereka kutinggalkan lebih banyak dan lebih baik daripada yang kusumbangkan." "Berapa?" tanya Rasulullah. "Sebanyak rezeki, kebaikan, dan pahala yang dijanjikan Allah."
Keuletannya berdagang serta doa dari Rasulullah, menjadikan perdagangannya semakin berhasil, sehingga ia termasuk salah seorang sahabat yang kaya raya. Kekayaan yang dimilikinya, tidak menjadikannya lalai. Tidak menjadi penghalang untuk menjadi dermawan.
Suatu ketika datanglah kafilah dagang Abdurrahman di kota Madinah, terdiri dari tujuh ratus onta yang membawa kebutuhan-kebutuhan. Tatkala masuk ke kota Madinah, terdengarlah suara hiruk pikuk. Maka berkata Ummul Mukminin, ”Suara apakah ini?” Maka dijawab, ”Telah datang kafilah Abdurrahman bin ‘Auf.” Ummul Mukminin berkata, ”Sungguh aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Aku melihat Abdurrahman masuk surga dengan keadaan merangkak’.” Ketika mendengarkan berita tersebut, Abdurrahman mengatakan, ”Aku ingin masuk surga dengan keadaan berdiri. Maka diinfakkanlah kafilah dagang tersebut.”

Daftar Pustaka:

https://id-id.facebook.com/...
http://kisahrasulnabisahabat.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar