Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

Selasa, 24 November 2015

Ummu Sulaim binti Malhan



             Beliau bernama Rumaisha’ Ummu Sulaim binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin Najar Al-Anshariyah al-Khazrajiyah.[1]
 Beliau adalah seorang wanita yang memiliki sifat keibuan,  cantik, dan dirinya dihiasi dengan ketabahan, kebijaksanaan, lurus pemikirannya, kecerdasan berpikir,  kefasihan dan  berakhlak mulia. karena beliau memiliki sifat yang agung tersebut, sehingga mendorong putra pamannya yang bernama Malik bin Nadhar untuk segera menikahinya, yang akhirnya melahirkan Anas bin Malik.
Ummu Sulaim termasuk gologan pertama yang masuk islam awal-awal dari golongan anshar ketika di Makkah. Dia ditinggalkan pergi suaminya  ke Syam karena Ummu Sulaim memeluk islam, kemudian Malik bin Nadhar terbunuh di negeri itu.[2]
Ketika Anas sudah beranjak dewasa, Abu Thalhah al-Anshari hendak menyunting Ummu Sulaim untuk dijadikan istri. Pada saat itu Abu Thalhah masih musyrik, akan tetapi Ummu Sulaim adalah seorang da’iyah yang cerdik.
 Dari Tsabit bin Banani, dari Anas dia berkata: Abu Thalhah meminang Ummu Sulaim. Ummu Sulaim berkata:  “Demi Allah, orang seperti anda wahai Abu Thalhah, memang tidak pantas untuk ditolak, hanya saja engkau masih  kafir sedangkan saya adalah wanita muslimah, sehingga tidak halal bagiku untuk menerima lamaranmu. Tetapi jika engkau mau masuk islam maka itulah maskawinku, dan aku tidak akan meminta yang lain lagi kepadamu. ( padahal Abu Thalhah adalah orang anshar yang paling kayak karena kebun kurmanya di Madinah.) Akhirnya dia masuk islam dan itulah yang dijadikan  mahar untuk mengawini Ummu Sulaim.”
 Tsabit al-Banani berkata: “Aku belum pernah melihat seorang wanita sama sekali yang lebih mulia maskawinya dibandingkan dengan maskawin Ummu Sulaim.” ( HR. an-Nasa’i)[3]
Tepat sekali pilihan Ummu Sulaim. Abu Thalhah akhirnya menjadi salah seorang sahabat Rasulullah saw, yang paling menonjol, pahlawan yang sangat berani yang sangat pemurah berkorban di jalan Allah.
Allah memuliakan kedua suami istri ini dengan seorang anak laki-laki yang bernama Abu Umair. Suatu ketika anak tersebut bermain-main dengan seekor burung, lalu burung tersebut mati. Hal tersebut membuat dia bersedih dan menangis. Pada saat itu Rasulullah melewatinya, maka beliau berkata untuk menghibur dan bermain dengannya, wahai Abu Umair apa yang dilakukan oleh anak burung pipit itu? ( HR. Bukhari)[4]
Allah hendak menguji keduanya dengan seorang anak yang dicintai, suatu ketika Abu Umair jatuh sakit, sementara Abu Thalhah sedang tidak ada di rumah. Setelah beberapa hari sakit, akhirnya Abu Umair meninggal.
Anas mengatakan bahwa anak Abu Thalhah dari Ummu Sulaim meninggal dunia, lalu Ummu Sulaim berkata kepada keluarganya, “Jangan kalian ceritakan kepada Abu Thalhah perihal anaknya itu. Biar aku sendiri yang akan bercerita kepadanya.”
Anas berkata: “ketika Abu Thalhah datang, Ummu Sulaim menghidangkan santap malam kepadanya. Setelah Abu Thalhah makan dan minum dengan puas, Ummu Sulaim pergi ke kamar untuk bersolek secantik mungkin. Abu Thalhah bangkit nafsu birahinya sehingga ia  menggaulinya. Setelah melihat Abu Thalhah kenyang dan kebutuhan biologisnya telah terpuaskan,
 Ummu Sulaim mulai berkata: “Wahai Abu Thalhah, bagaimana menurutmu jika ada satu kaum menitipkan barangnya kepada suatu keluarga misalnya, kemudian mereka merasa senang dan bisa menikmati titipan tersebut. Ketika barang titipan itu dimintanya kembali, apakah keluarga tersebut berhak menolaknya?” Abu Thalhah menjawab: “Tentu saja tidak boleh.” Ummu Sulaim berkata: “Sesungguhnya anakmu adalah titipan dari Allah, dan kini Allah telah mengambilnya kembali maka tabahkanlah hatimu.”
Abu Thalhah mengucapkan Innaa Lillahi wa Innaa ilaih raaji’uun dan memanjatkan puji kepada Allah, seraya berkata: “Demi Allah, saya tidak akan membiarkanmu, mengalahkan saya dalam kesabaran.”
Keesokan harinya, Abu Thalhah pergi menemui Rasulullah saw, dan menceritakan apa yang telah terjadi, beliau bersabda, “Mudah-mudahan Allah memberkati kalian, pada malam yang telah kalian lalui dengan manis itu.”
Tidak lama kemudian Ummu Sulaim mengandung dan melahirkan seorang anak yang diberi nama Abdullah bin Thalhah. Keberkahan tampak pada anak yang dilahirkan tersebut. Allah swt, memperbanyak keturunan yang shalih darinya. Bahkan ada yang megatakan, bahwa Abdullah bin Thalhah mempunyai tujuh anak semuanya hafal Al-Qur’an.[5]
Beliau shalallahu ‘Alaihi wa sallam telah memberikan berita gembira kepadanya pada saat Ummu Sulaim masih hidup. Demi Allah berapa banyak shahabiyah yang telah meninggal namun ia sama sekali tidak mendapatkan kabar gembira bahwa ia akan masik surga.[6]
Rasulullah shalallahu ‘Alaihi wa sallam bersabda: “Aku mendengar suara langkah kaki disurga, dan ternyata itu adalah suara Ummu Sulaim yang sedang berjalan disurga.









[1] Mahmud mahdi al-istanbuli & musthafa abu an nashr as syalabi, mereka adalah para shababiyah, solo: at tibyan, 2011. hal.177
[2] Manshur abdul hakim, wanita-wanita cerdas sepanjang massa, pen, M. habiburahman, solo: pustaka at tibyan,2011. Hal. 93
[3] Abdul halim abu syuqqah, kebebasan wanita, darul kolam quait, 1997, hal. 247
[4] Ibid, Mahmud mahdi al istanbali, mereka adalah para shabiyah, hal. 182
[5] Ibid, manshur abdul hakim, wanita-wanita cerdas sepanjang massa, hal. 96
[6] Muhammad bin Abdurrahman, al-arifi, kisah wanita teladan yang penuh motivasi, Jakarta: darussunnah, 2011, cet 1,  hal 138

Tidak ada komentar:

Posting Komentar